PSIKOLOGI
ARSITEKTUR
Personal Space
pada Ruang Terbuka Publik
1.
PENDAHULUAN
Arsitektur merupakan suatu bidang kajian
yang tidak dapat terlepas dari berbagai faktor pendukung, seperti psikologi,
sosiologi, dan lain sebagainya. Psikologi dan arsitektur memiliki keterkaitan
yang saling timbal balik. Berntukan arsitektur dipengaruhi oleh psikologi,
begitu pula psikologi dapat dibentuk melalui arsitektur.
Psikologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang kejiwaan seseorang. Arsitektur tercipta jika terdapat user
atau pengguna. Sehingga arsitektur dan manusia saling berkesinambungan dan
keduanya saling membutuhkan. Oleh karena itu arsitektur tidak terlepas dari
faktor psikologi.
Bentukan arsitektur sangat mempengaruhi
faktor kejiwaan seseorang. Sebuah ruangan yang tidak memiliki pencahayaan dan
sirkulasi udara yang baik dapat membuat seseorang yang berada diruangan itu
merasa tertekan dan stres. Tetapi lain halnya jika ruangan itu memiliki warna
yang cerah, pencahayaan dan penghawaan yang cukup, maka orang yang berada
didalamnya juga akan merasa tenang dan nyaman.
2.
LATAR
BELAKANG
Dalam makalah ini, penulis akan membahas
tentang psikologi arsitektur dengan topik bahasannya adalah Personal Space pada
Ruang Publik. Setiap orang memiliki suatu ruang abstrak yang bersifat maya yang
mengelilingi dirinya. Hal ini terjadi tanpa disadari oleh setiap orang.
Tidak mungkin beberapa orang yang tidak
saling mengenal berjalan berdempetan pada area yang luas. Begitu pula
sebaliknya, tidaklah mungkin beberapa orang yang saling mengenal dan sedang
berbincang berada pada posisi yang berjauh-jauhan.
Dalam hal ini, penulis akan membahas
mengenai studi dokumentasi tentang personal space di ruang terbuka yang
membuktikan bahwa kumpulan beberapa orang yang tidak saling kenal akan terdapat
jarak yang cukup renggang dibandingkan dengan kumpulan orang yang saling kenal.
3.
PEMBAHASAN
Pada gambar diatas kita dapat melihat
banyak orang berada pada suatu ruang terbuka publik. Setiap orang memiliki
kepentingan yang berbeda, dan tak semua dari mereka saling mengenal. Beberapa
diantara mereka membentuk suatu kelompok, dimana orang-orang yang berada
didalam kelompok tersebut adalah orang-orang yang saling mengenal.
Di bagian gambar sebelah kanan terdapat
tiga orang yang duduk sambil berbincang, mereka saling mengenal, sehingga
mereka memiliki jarak yang dekat karena secara psikologi mereka saling
mengenal, sehingga mereka tidak merasa terganggu jika mereka berada pada jarak
yang dekat dengan orang yang mereka kenal. Beggitu pula ketiga orang
disebelahnya yang juga membentuk kelompok sendiri.
Lain halnya hubungan ketiga orang yang
berada di bagian paling kanan gambar dengan ketiga orang yang berada disebelah
mereka. Mereka tidak saling mengenal, sehingga terdapat jarak diantara kedua
kelompok ini. Dan apabila kedua kelompok yang tidak saling mengenal ini berada
dalam posisi yang berdempetan tanpa jarak, mereka tidak akan merasa nyaman.
Karena maksud dan tujuan obrolan mereka berbeda, dan mereka tidak akan merasa
nyaman dengan keadaan seperti itu.
Kasus lain adalah bebrapa orang yang
berjalan dibelakang orang yang jalan sendirian. Kedua kelompok ini tidak saling
mengenal, sehingga tidak akan nyaman jika kelompok yang bergerombol, berjalan
berdempetan dengan orang yang berjalan sendirian. Maka orang yang berjalan
sendirian dengan spontanitasnya tidak akan merasa nyaman dan merasa terganggu.
Berikut ini adalah ilustrasi adanya jarak yang terjadi diantara beberapa
kelompok yang tidak saling mengenal.
Personal space
terbentuk dengan sendirinya dan dilakukan oleh manusia dibawah alam bawah
sadarnya. Hal ini sangat mempengaruhi bentuka arsitektur. Bangunan publik
dimana ditempat iru terdapat banyak kelompok orang yang memiliki kepentingan
yang berbeda, haruslah memiliki luasan yang mencukupi untuk kenyamanan
pengunjungnya. Hal ini harus sangat diperhatikan mengingat setiap orang
memiliki tingkat emosional yang berbeda.
Jika suatu bangunan
publik hanya memiliki lahan yang kecil dan sangat terbatas, maka lahan tersebut
tidak layak dijadikan bangunan publik, karena akan membuat tempat tersebut
terkesan padat dan membuat pengunjungnya merasa tidak nyaman dan mempengaruhi
tingkat emosional pengunjung.
Oleh
karena itu, arsitek haruslah memperhatikan bentukan bangunan, ukuran lahan, dan
fungsi bangunan yang akan didirikan agar disesuaikan dengan psikologi
pengunjung atau pengguna bangunan tersebut. Sehingga terjadi sinkronisasi
antara karya arsitektural dengan psikologi pengguna bangunan yang dalam hal ini
adalah manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar