Minggu, 21 Juli 2013

PSIKOLOGI ARSITEKTUR
Personal Space pada Ruang Terbuka Publik

1.        PENDAHULUAN

Arsitektur merupakan suatu bidang kajian yang tidak dapat terlepas dari berbagai faktor pendukung, seperti psikologi, sosiologi, dan lain sebagainya. Psikologi dan arsitektur memiliki keterkaitan yang saling timbal balik. Berntukan arsitektur dipengaruhi oleh psikologi, begitu pula psikologi dapat dibentuk melalui arsitektur.
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan seseorang. Arsitektur tercipta jika terdapat user atau pengguna. Sehingga arsitektur dan manusia saling berkesinambungan dan keduanya saling membutuhkan. Oleh karena itu arsitektur tidak terlepas dari faktor psikologi.
Bentukan arsitektur sangat mempengaruhi faktor kejiwaan seseorang. Sebuah ruangan yang tidak memiliki pencahayaan dan sirkulasi udara yang baik dapat membuat seseorang yang berada diruangan itu merasa tertekan dan stres. Tetapi lain halnya jika ruangan itu memiliki warna yang cerah, pencahayaan dan penghawaan yang cukup, maka orang yang berada didalamnya juga akan merasa tenang dan nyaman.

2.        LATAR BELAKANG

Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang psikologi arsitektur dengan topik bahasannya adalah Personal Space pada Ruang Publik. Setiap orang memiliki suatu ruang abstrak yang bersifat maya yang mengelilingi dirinya. Hal ini terjadi tanpa disadari oleh setiap orang.
Tidak mungkin beberapa orang yang tidak saling mengenal berjalan berdempetan pada area yang luas. Begitu pula sebaliknya, tidaklah mungkin beberapa orang yang saling mengenal dan sedang berbincang berada pada posisi yang berjauh-jauhan.
Dalam hal ini, penulis akan membahas mengenai studi dokumentasi tentang personal space di ruang terbuka yang membuktikan bahwa kumpulan beberapa orang yang tidak saling kenal akan terdapat jarak yang cukup renggang dibandingkan dengan kumpulan orang yang saling kenal.

3.        PEMBAHASAN

Pada gambar diatas kita dapat melihat banyak orang berada pada suatu ruang terbuka publik. Setiap orang memiliki kepentingan yang berbeda, dan tak semua dari mereka saling mengenal. Beberapa diantara mereka membentuk suatu kelompok, dimana orang-orang yang berada didalam kelompok tersebut adalah orang-orang yang saling mengenal.
Di bagian gambar sebelah kanan terdapat tiga orang yang duduk sambil berbincang, mereka saling mengenal, sehingga mereka memiliki jarak yang dekat karena secara psikologi mereka saling mengenal, sehingga mereka tidak merasa terganggu jika mereka berada pada jarak yang dekat dengan orang yang mereka kenal. Beggitu pula ketiga orang disebelahnya yang juga membentuk kelompok sendiri.
Lain halnya hubungan ketiga orang yang berada di bagian paling kanan gambar dengan ketiga orang yang berada disebelah mereka. Mereka tidak saling mengenal, sehingga terdapat jarak diantara kedua kelompok ini. Dan apabila kedua kelompok yang tidak saling mengenal ini berada dalam posisi yang berdempetan tanpa jarak, mereka tidak akan merasa nyaman. Karena maksud dan tujuan obrolan mereka berbeda, dan mereka tidak akan merasa nyaman dengan keadaan seperti itu.
Kasus lain adalah bebrapa orang yang berjalan dibelakang orang yang jalan sendirian. Kedua kelompok ini tidak saling mengenal, sehingga tidak akan nyaman jika kelompok yang bergerombol, berjalan berdempetan dengan orang yang berjalan sendirian. Maka orang yang berjalan sendirian dengan spontanitasnya tidak akan merasa nyaman dan merasa terganggu. Berikut ini adalah ilustrasi adanya jarak yang terjadi diantara beberapa kelompok yang tidak saling mengenal.
Personal space terbentuk dengan sendirinya dan dilakukan oleh manusia dibawah alam bawah sadarnya. Hal ini sangat mempengaruhi bentuka arsitektur. Bangunan publik dimana ditempat iru terdapat banyak kelompok orang yang memiliki kepentingan yang berbeda, haruslah memiliki luasan yang mencukupi untuk kenyamanan pengunjungnya. Hal ini harus sangat diperhatikan mengingat setiap orang memiliki tingkat emosional yang berbeda.
Jika suatu bangunan publik hanya memiliki lahan yang kecil dan sangat terbatas, maka lahan tersebut tidak layak dijadikan bangunan publik, karena akan membuat tempat tersebut terkesan padat dan membuat pengunjungnya merasa tidak nyaman dan mempengaruhi tingkat emosional pengunjung.
Oleh karena itu, arsitek haruslah memperhatikan bentukan bangunan, ukuran lahan, dan fungsi bangunan yang akan didirikan agar disesuaikan dengan psikologi pengunjung atau pengguna bangunan tersebut. Sehingga terjadi sinkronisasi antara karya arsitektural dengan psikologi pengguna bangunan yang dalam hal ini adalah manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar