Ramadhan Pertamaku

Tepat pukul 03.00, alarm berbunyi. Rasanya masih sangat mengantuk dan sangat enggan untuk membuka mata ini. Namun inilah sahur pertama. Ramadhan telah tiba kembali. Alhamdulillah aku masih diberi waktu hingga aku mampu kembali mencium suasana Ramadhan tahun ini. Bulan yang penuh berkah dan merupakan ladang pahala bagi yang beribadah dan berbuat kebaikan. Dan aku sungguh berbahagia kembali berada dibulan yang luar biasa ini.

Namun tidak ada yang spesial dihari pertama puasa ini. Setumpukan tugas kuliah yang harus segera diselesaikan terus menerus menghantui. Namun tetap tak menghilangkan keindahan bulan Ramadhan ini.

‘Deadline Pengumpulan Tugas Besar’ adalah salah satu hal yang bisa membuat ubun-ubun terasa mendidih oleh sebagian besar mahasiswa, termasuk aku. Dan itulah yang terjadi di hari pertama puasa ini. Deadline pengumpulan tugas Studio Perancangan Arsitektur tepat jatuh pada hari ini, tepatnya jam 12 siang. Ya, untungnya siang bukan pagi. Dasar orang Indonesia, udah kepepet dan tejeblos juga masih ada untungnya. Tapi yaaa berarti orang Indonesia itu adalah orang yang pandai bersyukur.

Dan kembali ke hari pertama puasa. Tidak ada yang terlalu berkesan dihari pertama di bulan Ramadhan ini. Ketika pukul 03.00 ku terbangun dan makan sahur bersama keluarga (meski bukan keluarga inti, maklum anak rantau), rasanya tentu berat sekali untuk membuka mata. Tapi akhirnya aku beranjak juga dan makan sahur bersama.

Setelah selesai makan sahur, sambil menunggu imsak, aku menyempatkan diri untuk tadarus dan kemudian melanjutkannya dengan sholat subuh. Dan kehidupan duniapun dimulai. Diatas meja gambar tangan ini terus menari bersama setumpukan kertas dan berbagai macam alat gambar serta penggaris beraneka bentuk. Mencoba untuk menikmati segala sesuatunya meski godaan untuk kembali tidur itu terus memanggil.

Tak terasa sudah pukul 11.00, dan itu tandanya pengumpulan tugas tinggal sejam lagi. Aku segera bergegas menuju ke kampus. Karena kalau telaaaat, bahayaaaa!!!!

Tepat pukul 12.00 aku sampai di kampus dan mengumpulkan tugasku. Dan rasanya seperti mendapatkan air dipadang pasir, bahagiaaaaa sekali. Satu beban sudah berkurang. Meski masih ada deadline tugas lainnya.

Tidak segera pulang, aku dan teman-temanku memutuskan untuk ngebuburit ceritanya. Awalnya sih mau jalan-jalan, tapi ternyata pada lemes dan males banget buat keluar dari kosan. Akhirnya kami memutuskan untuk nonton film bareng di kosan. Hal yang cukup sederhana, tapi cukup untuk menghilangkan kebosanan dan kelelahan setelah dikejar deadline tugas itu. Semua fokus menonton film hingga tak sadar waktu semakin sore.

Aku sangat penasaran bagaimana keadaan gerlong ketika menuju waktu berbuka. Katanya sih rame, karena itu aku sengaja pulang lebih sore agar bisa melihat keramaian gerlong. Maklum, ini puasa pertamaku di Bandung. Sebelumnya aku selalu puasa di Batam bersama kedua orang tua dan keluargaku. Dan situasi puasa dikedua daerah inipun berbeda, di Batam selalu banyak orang berjualan tajil atau makanan lainnya dibeberapa tempat tertentu yang semestinya tempat itu bukan tempat berjualan. Ya seperti pasar tumpah. Namun keadaannya tetap bersih dan rapi karena pemerintah menyediakan tempat tersebut. Tapi di Bandung, tatap saja orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Ramainya gerlong belum seramai pasar tumpah di Batam saat hari pertama puasa itu. Keadaannya Cuma diramaikan dengan kesemrawutan kendaraan bermotor yang lalu lalang. Sehingga pejalan kaki merasa terusik. Maklum, gerlong tidak punya pedestrian untuk pejalan kaki.

Singkat cerita, sore itu aku langsung kembali ke rumah ua dan berbuka bersama keluarga dengan berbagai macam tajil yang disediakan dan aneka masakan yang sebelum bedug berbunyi, itu rasanya menyelerakan sekali. Dan ketika azan magrib berkumandang, berakhirlah puasa dihari pertama. Dan inilah cerita Ramadhan pertamaku.